Rabu, 08 Februari 2012

Rakyat Takalar butuh Bupati sekaligus Pemimpin

Ulang tahun Kabupaten Takalar tahun ini sungguh istimewa karena akan ada peristiwa besar yang akan terjadi pasca perayaan ulang tahun ini antara lain Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Takalar pada Oktober 2012. Pemilukada bukan hanya sekadar kegiatan rutin untuk memilih Bupati Takalar pada periode berikutnya, akan tetapi sejatinya momentum Pemilukada seyogyanya digunakan pula sebagai ikhtiar bagi rakyat Takalar untuk menentukan pemimpinnya pada lima tahun ke depan. Jadi Takalar tidak hanya sekadar membutuhkan pejabat Bupati, akan tetapi juga membutuhkan seorang pemimpin.
Kenapa pemimpin? Karena ditangannyalah arah dan kemudi Takalar ini akan dibawa. Nasib rakyat akan ditentukan, apakah akan semakin baik, ataukah malah sebaliknya akan semakin mundur. Telah banyak Bupati yang telah memerintah, ada yang memerintah 5 tahun, 10 tahun dan ada juga yang kurang dari 5 tahun. Sayangnya rapor dari para pejabat tersebut tidak atau belum pernah dipublikasikan secara luas di masayarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban moral kepada rakyat yang dipimpinnya. Apa sesungguhnya yang dia telah lakukan selama menjadi pejabat.
Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten yang dihuni oleh masyarakat yang beretnik Makassar sehingga ini juga menjadikan Takalar sebagai wilayah inti dalam pelaksanaan adat istiadat dan kebudayaan Makassar. Namun kesan itu semakin hari, semakin hilang karena terlindas oleh zaman yang disebut dengan modernisasi. Walaupun modernisasi ini telah meluluh lantakkan sendi – sendi kehidupan masyarakat yang sejatinya mempunyai juga sebuah tatanan kehidupan yang telah dilalui selama berabad – abad, yang menjadikan kearifan – kearifan local sebagai pondasinya.
Di zaman Kerajaan Gowa, wilayah inipun merupakan salah satu wilayah penyangga utama kekuatan Kerajaan Gowa dalam menghadapi invasi dari VOC. Bagaimana tidak, di wilayah ini setidaknya ada 3 kerajaan besar yang pernah eksis antara lain Kerajaan (Karaeng) Galesong, Kerajaan (Karaeng) Sanrobone dan Kerajaan (Karaeng) Polong Bangkeng. Ketiga kerajaan ini bahu membahu dengan persatuan yang sangat kuat, telah membuktikan bahwa mereka telah berbuat sesuatu yang sangat besar terhadap perjalanan bangsa Indonesia di masa depan. Jika potret di masa lalu ini digunakan pada kondisi kekinian, maka seyogyanya Kabupaten Takalar tidak henti – hentinya mencetak prestasi yang membanggakan, terutama dalam hal kesejahteraan rakyat. Kabupaten Takalar mewarisi kebesaran dari 3 kerajaan sekaligus untuk mencapai hal tersebut.
Adalah I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingaloang, Mangkubumi Kerajaan Gowa telah memberikan pesan luhur kepada para pemimpin, baik pemimpin di zamannya maupun para pemimpin di masa sekarang, agar para pemimpin dapat menjaga amanah yang diberikan kepadanya oleh rakyatnya. Pesan – pesan tersebut antara lain berbunyi : Lima passala’ kapanrakanna se’rea kalompoang iyami antu : (1) punna tenami na ero’ nipakainga’ karaeng ma’gauka, (2) punna angnganremo soso’ pabicarayya, (3) punna majai gau’ lompo ri pa’rasanganga, (4) punna tenami tumangngasseng ri lalang pa’rasanganga, (5) punna tenamo nakamaseangi atanna karaeng ma’gauka. Terjemahannya adalah sebagai berikut : Ada lima hal yang menyebabkan mundurnya sebuah pemerintahan yaitu (1) bila pemimpin tidak mau menerima nasehat dan masukan, (2) bila para pejabat pemerintahan telah memakan suap dan sogok, (3) bila terlalu banyak peristiwa besar dalam wilayah pemerintahan, (4) bila sudah tidak ada cerdik pandai dalam negeri dan (5) bila pemimpin yang sedang berkuasa, tidak lagi menyanyangi rakyatnya.
Pesan ini begitu syarat akan makna moral bahwa betapa penting seorang pemimpin menjunjung tinggi nilai – nilai moral dalam menjalankan pemerintahnnya. Bahwa jika pemimpin telah menafikan nilai – nilai moral, baik yang berasal dari agama maupun dari budayanya, maka tunggulah saat – saat kejatuhan dari pemimpin tersebut. Hal ini telah dibuktikan oleh sejarah  misalnya kejatuhan rezim orde baru pada 1998, kejatuhan rezim Ben Ali di Tunisia pada 2010, kejatuhan rezim Husni Mubarak di Mesir pada 2010. Kondisi inipun berlaku untuk pemimpin – pemimpin di daerah termasuk di Takalar, jika tidak mengindahkan etika moral kepemimpinan dalam menjalankan roda pemerintahannya.   
Walaupun pesan ini diucapkan oleh Karaeng Pattingaloang sekitar 4 abad yang lalu, namun kelihatannya masih sangat relefan dengan kondisi saat ini. Apalagi Kabupaten Takalar yang memang merupakan wilayah inti dari Kerajaan Gowa di masa lalu. Karena itu seyogyanyalah para pemimpin yang ada di Takalar saat ini, menjadikan pesan moral ini sebagai ‘pakem’ dalam menjalankan roda pemerintahannya, agar apa yang dicita – citakan melalui ikhtiar kepemimpinan dapat tercapai dengan baik. Tidak bisa dipungkiri bahwa kejatuhan Kerajaan Gowa pada masa itu, salah satunya juga disebabkan oleh banyaknya pemimpin (karaeng) yang tidak mengindahkan peringatan dari Karaeng Pattingaloang tersebut, disamping tekanan dari VOC dan sekutu – sekutunya.
Walaupun zaman telah berobah, namun akar budaya dari etnik Makassar tetap seperti sedia kala. Suku bangsa ini belum pernah berganti identitas, budaya dan adat istiadat, apalagi nilai – nilai luhur. Karena itu diharapkan para pemimpin yang ada saat ini, agar kembali memaknai pesan – pesan dari para pemimpin terdahulu karena disitulah bersemainya nilai – nilai luhur dan moral yang tinggi bagi seorang  pemimpin untuk ditauladani oleh komunitas yang dipimpinnnya. Tak ada masyarakat (kaum) yang mengalami kemajuan kalau bukan kaum itu sendiri yang melakukannya. Artinya sesungguhnya potensi yang akan didayagunakan untuk tercapainya kemajuan dari suatu masyarakat itu, sudah tersedia di dalam masyarakat itu sendiri sebagai potensi dasar. Bisa melalui kearifan – kearifan local yang disemai dalam lingkungan kehidupan sehari – hari seperti budaya, adat istiadat, system kemasyarakatan dan lain – lain.   
Untuk menyemangati para pemimpin agar tetap gigih dalam memperjuangkan apa yang dicita – citakannya (visinya), maka oleh Karaeng Galesong (I Manindori Daeng Tojeng) pun telah memberikan pesan kepada para laskar yang mengiktuinya berjuang melawan VOC di Jawa Timur dengan pesannya yang berbunyi : Jarreki tannang gulinnu, nani to’do’ puli minasayya (Bulatkan niat dan tekad, untuk berjuang mencapai tujuan/visi). Jika saja para pemimpin, menjadikan semua ini sebagai tekad dan acuan dalam memimpin rakyatnya, maka kesejahteraan rakyat sebagaimana yang dicita – citakan dalam UUD 1945, bukanlah merupakan suatu kemustahilan. Karena potensi yang dibutuhkan oleh pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan di hadapan rakyatnya sangatlah melimpah ruah adanya. Misalnya ketersediaan sumber daya alam yang begitu bervariasi, ada laut, persawahan, perkebunan, hutan dan gunung – gunung, ada sumber daya manusia yang mudah didapatkan, kapan saja pemimpin membutuhkannya. Bahkan saat ini dimana – mana bertebaran Perguruan Tinggi yang siap mensuplai kebutuhan sumber daya manusia, seperti apapun kualifikasi yang dibutuhkan, ada sumber daya social yang ditopang oleh peradaban yang mengedepankan nilai – nilai kemanusiaan sebagai nilai utama (sipakatau, sipala’biri dan sikatutui) yang telah dipraktekkan turun temurun, ada sumber daya ekonomi yang tak lagi mengenal batas – batas wilayah administrative negara, bahkan garam dan ikan dari luar negeripun, dapat ditemukan di pasar – pasar tradisional di Indonesia, kenapa tidak misalnya suatu saat nanti garam dan ikan segar dari Takalar dapat pula dijumpai di pasar – pasar Negara lain, serta sumber daya teknologi dan informasi yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Termasuk jika ingin digunakan dalam rangka kemudahan pelayanan kepada rakyat dan berinteraksi langsung antara pemimpin dengan rakyatnya. 
Dengan penggambaran tersebut di atas, sungguh – sungguh tidak ada alasan bagi pemimpin untuk tidak dapat mewujudkan kesejahteraan di hadapan rakyatnya sebagaimana janji mereka pada saat melamar untuk menjadi pemimpin, baik pemimpin di legislative (DPRD) maupun pemimpin di pemerintahan (Bupati).
Oleh karena itu melalui ikhtiar Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) Takalar periode 2012 – 2017, dapat dijadikan oleh rakyat Takalar sebagai momentum besar dan titik balik bagi kemajuan Takalar ke depan. Karena itu, dengan moral yang tinggi, rakyat Takalar dapat menentukan siapa calon Bupati yang akan dipilihnya. Tidak hanya sekadar memilih Bupati Takalar, akan tetapi sekaligus memilih Pemimpin Takalar untuk lima tahun ke depan.
Dan kepada para calon Bupati Takalar yang akan bertarung dalam pemilihan Bupati Takalar periode 2012 – 2017, secara moral pula dihimbau agar tidak hanya sekadar ingin memenangkan pemilihan  Bupati, akan tetapi sejatinya adalah sekaligus menjadi Pemimpin bagi rakyat yang dipimpinnya, menjadi Pemimpin Takalar yang akan membawa perobahan ke arah yang lebih baik dengan melakukan program – program kerja yang betul – betul menjawab kebutuhan dan keberpihakan kepada masyarakat. Jika hanya ingin dikenang sebagai penjabat Bupati Takalar 2012 – 2017 maka lebih baik urungkanlah niatnya untuk bertarung di Pemilukada ini, karena hanya akan menjadi beban sejarah di masa depan. Dan bahkan malah memperlambat terwujudnya kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama berdirinya NKRI yang kita cintai ini. Namun jika berikhtiar untuk ingin menjadi Pemimpin Sejati, pemimpin yang dicintai rakyatnya, pemimpin yang akan terus dibicarakan di masa depan, sebagaimana Rasululullah Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin telah contohkan,  maka wakafkanlah jiwa dan raga serta hidupnya untuk mengabdikan diri sebagai pemimpin dan sekaligus Bupati Takalar yang membawa harapan besar bagi rakyat Takalar, sambil berkata pula kepada jajarannya di pemerintahan : Pakajarreki ta’galatta mange ri Karaeng Allah Ta’ala, nani to’do’puli kontu tojenga. Akhirnya dari jauh di bumi Cendana NTT, saya mengucapkan Dirgahayu Takalar ke 52, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kesejahteraan kepada Rakyat Takalar dan para pemimpin diberikan keteguhan hati untuk bekerja sekeras – kerasnya demi kemajuan butta pa’rappunganta……
Kupang, 3 Pebruari 2012

Syamsu Salewangang Daeng Gajang

1 komentar: